Rabu, November 21, 2007

KEKERASAN DI MATA EKONOM DAN INVESTOR

Kekerasan terasa semakin marak pada beberapa tahun terakhir ini, dan sepertinya sukar dihentikan. Apa pasal dan masalah, oleh majalah GAMMA diangkat dari berbagai sudut: Budaya, Politik, Artis dan Ekonomi. Reporter Anda menyempatkan diri meliput yang ter-akhir: KEKERASAN DI MATA EKONOM dan INVESTOR. Tiga pembicara ditampilkan: Hasblalah M. Saat, tokoh masyarakat Aceh, Tokoh Poros Tengah dan Tokoh PAN; Suryani Motik, Ketua IWAPI; dan Ahmad Hambali, Wakil Koordinator Divisi Legal KONTRAS, Ketua Koalisi Pembela Kasus Tanjung Priok.

Ahmad Hambali

Ahmad Hambali dalam pembicaraannya mengungkapkan tentang arti kekerasan. Menurutnya, kekerasan pada tingkat yang se-derhana, terjadi sehari-hari melalui pembatasan ruang gerak individu. Misalnya anak ingin menggambar kuda. Guru memaksa menggambar sapi. Yang lebih luas lagi misalnya negara membatasi aktivitas politik, ini me-rupakan bentuk kekerasan juga.

Definisi kekerasan: perbuatan-perbuatan yang didalamnya terkandung pelanggaran hak-hak asasi manusia. Contohnya: penyiksaan, diskriminasi, dll.

Ada 3 hal dalam kekerasan:

  1. Kekerasan langsung: demonstrasi, dilakukan oleh polisi/tentara melawan buruh, menggunakan pentungan dan senjata.
  2. Kekerasan tidak langsung: upaya tidak langsung untuk membatasi ruang gerak. Misalnya dengan Undang-undang Unjuk Rasa: Aparat membubarkan unjuk rasa kalau tidak lapor terlebih dulu.
  3. Kekerasan Omission: kekerasan dibiarkan terjadi, baik kekerasan yang disengaja atau tidak disengaja. Misalnya di Timor Timur.

Ada 2 tipe kekerasan:

  1. Kekerasan horisontal, terjadi antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
  2. Kekerasan vertikal, terjadi dari negara kepada masyarakat.

Konflik-konflik horisontal misalnya di Aceh, negara gagal mengadakan pendekat-an dengan lebih beradab, dan menggu-nakan keke-rasan (verti-kal). Negara tidak bisa mengangkat menjadi horisontal.

Kekerasan masih terjadi di Indonesia. Fenomena yang terjadi di seluruh negara, dimana tentara dominan. Contoh August pinoche, ber-upaya untuk melakukan kudeta mengalahkan presiden Chili. Pinoche menggunakan kekerasan, dengan menggunakan politik militer.

Penting:

  • Bagaimana tentara menempatkan dirinya menjadi tentara yang profesional.
  • Jadi, bukan ketakutan sipil pada aktivitas tentara. Bagaimana aspek dinamis dipahami dengan komando militer. Argumentasi masyarakat: "kekuatan senjata" untuk menghadapi setiap aktivitas dihadap-annya.
  • Konteks orang hilang, lebih luas dan kejam daripada pembunuhan. Orang hilang sangat berdampak psikologis. Kasus Priuk: 15 orang hilang. Aceh dan Timor Ti-mur: Ribuan orang hilang. Lampung: 20 orang hilang.
  • Bagaimana kita mengupayakan dan mendesak terus negara untuk berhenti me-ngedepankan cara kekuatan untuk meng-hadapi masyarakat, menghindarkan tanggung jawab negara pada kasus-kasus ke-kerasan. Bila praktek-praktek kekerasan terjadi, pemerintah menghindar. Akhirnya ke-kerasan jadi budaya, demikian pula praktek-praktek ritualistik
http://www1.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/9909/laporan3.htm

Tidak ada komentar: