Kamis, November 15, 2007

TEROR OKNUM PEMUDA PANCASILA DI GARUT


JAKARTA (PIPA) -- Rumor yang beredar luas selama ini bahwa
Pemuda Pancasila ada di balik teror terhadap para aktivis seakan
terbukti dengan adanya serangan terhadap kantor Forum Pemuda dan
Pelajar Mahasiswa Garut (FPPMG). Sekitar 20-an preman 6 Mei lalu
merusak kaca jendela nako, menendangi alat-alat dapur,
mengobrak-abrik dokumen bahkan melukai tiga orang aktifis pemuda
FPPMG.

"Mereka sudah diperiksa dan tinggal menunggu sidangnya,"
ujar Kapolres Garut Letkol Dede Djayalaksana seperti ditirukan
oleh koordinator FPPMG Ahmad Hambali.

Hambali seraya menambahkan bahwa oknum-oknum Pemuda
Pancasila memang terbukti terdapat dalam barisan tertuduh. Polres
Garut sejauh ini masih menahan 17 orang, tiga di antaranya adalah
siswa SMA Cilawu, untuk dimintai keterangan.

Saat serbuan terjadi, di kantor itu sedang berlangsung
diskusi yang diikuti sekitar 10 orang, termasuk seorang dari
Pusat Perjuangan Buruh Indonesia sebuah organisasi yang bergerak
di kalangan buruh. Dikagetkan oleh serbuan mendadak itu, mereka
terpaksa lari. Tiga orang sempat ditendang dan dipukuli termasuk
Saefulmillah yang tidak sempat lari dan diseret para preman itu
keluar halaman serta ditusuk pada punggungnya. Ia terpaksa
dirawat di rumah sakit Garut.

Serbuan ini diduga kuat didalangi oleh Pemuda Pancasila
karena dipimpin oleh Dadang Oray, salah seorang aktivis
organisasi loreng-loreng itu yang juga preman dan tukang palak
di terminal Garut. Konon, teror ini juga "direkayasa" oleh Toni
"Tonton" Munawar, Sekretaris Pemuda Pancasila Kabupaten Garut dan
dibeking oleh Dandim dan Kakansospol setempat. "Tonton tampaknya
pernah menjanjikan kepada Dadang bahwa dia tidak akan ditahan
sehubungan dengan kasus serbuan tersebut," kata Hambali.

Adapun motivasi Tonton untuk menyerbu kantor FPPMG tidak
lain adalah ekonomi. "Tonton mengharapkan bisa mendapatkan proyek
pemerintah dengan melakukan serbuan itu," kata Hambali.

Danrem Garut Kol. Adam Damiri sendiri berjanji bahwa
pihaknya akan mengusut tuntas kasus ini seraya menolak
dugaan-dugaan yang belum terbukti di ruang pengadilan.

Bagaimana komentar dari Pemuda Pancasila? Ketua Harian
Pengurus Pusat Yorris Raweyai seraya menghimbau agar pihak-pihak
lain tidak terprovokasi, mengatakan bahwa kasus tersebut adalah
akibat ulah brandal, bukan organisasi kepemudaan manapun.

Tentunya ini bukan satu-satunya kasus teror Pemuda
Pancasila. Kuat dugaan bahwa kasus serupa yang terjadi di
pelbagai daerah lain juga didalangi oleh mereka. Misalnya
pembakaran Kantor LBH Medan, serbuan atas lima anggota Senat
Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi yang melakukan mogok makan
di Surabaya 21 Mei lalu, serta demostrasi-demostrasi tandingan
sepanjang pengadilan kasus Sri Bintang Pamungkas di pengadilan
negeri Jakarta Pusat.
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1996/06/06/0000.html

Tidak ada komentar: